Kiat-Kiat Mengatasi PMS Supaya Aktivitas Tetap Lancar Oleh : dr. Peter Mulyono

Apakah Anda sering mendapat masalah emosi setiap menjelang haid yang mengakibatkan mood menjadi buruk sehari penuh? Ataukah Anda pernah menjadi korban daripada wanita yang marah-marah sepanjang hari menjelang haid-nya? Bisa jadi Anda perlu mengetahui lebih lanjut mengenai Pre Menstrual Syndrome yang dialami wanita sebelum mengecapnya sebagai wanita yang harus dijauhi. Artikel ini adalah artikel yang tepat bagi Anda yang merasa mengalami kesulitan berkomunikasi dengan wanita dengan PMS ataupun bagi Anda yang ingin lebih mengetahui tentang siklus harian Anda.

 

Nama lain PMS adalah Pre Menstrual Tension yang merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sekitar 80 hingga 95 persen perempuan pada usia melahirkan  mengalami gejala-gejala premenstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya. Gejala tersebut dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara regular pada dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya. Pada sekitar 14 persen perempuan antara usia 20 hingga 35 tahun, sindrom pramenstruasi dapat sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka beristirahat dari sekolah atau kantornya.

 

Sekitar 80 hingga 95 persen perempuan antara16-45 tahun mengalami gejala-gejala pramenstruasi yang dapat mengganggu. Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi, perasaan sensitif berlebihan sekitar dua minggu sebelum haid biasanya dianggap hal yang wajar bagi wanita usia produktif. Sekitar 40% wanita berusia 14-50 tahun, menurut suatu penelitian, mengalami sindrom pra-menstruasi atau yang lebih dikenal dengan PMS (pre-menstruation syndrome). Bahkan survei tahun 1982 di Amerika Serikat menunjukkan, PMS dialami 50% wanita dengan sosio-ekonomi menengah yang datang ke klinik ginekologi.

 

PMS memang kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid. Sindrom itu akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai haid.

 

Penyebab munculnya sindrom ini memang belum jelas. Beberapa teori menyebutkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Teori lain mengatakan karena hormon estrogen yang berlebihan. Para peneliti melaporkan, salah satu kemungkinan yang kini sedang diselidiki adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel.Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan,masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.

 

Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Akan tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS yaitu :

  • wanita yang pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima).
  • status perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum).
  • usia (PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun).
  • stres (faktor  stres memperberat gangguan PMS).
  • diet (faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam,kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala PMS).
  • kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat.
  • Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS. Ketujuh, kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS).

Pencegahan PMS (sindrom pra-menstruasi) dapat dilakukan melalui diet yang tepat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  • Batasi kosumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah(sapi dan kambing), alkohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.
  • Kurangi rokok atau berhenti merokok.
  • Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang).
  • Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-bijian sebagai sumber protein.
  • Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
  • Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang digoreng.
  • Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
  • Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.
  • Konsumsi vitamin B kompleks terutama  vitamin B6, vitamin E, kalsium, magnesium juga omega-6 (asam linolenat gamma GLA).

Di samping diet, perhatikan pula hal-hal berikut ini untuk mencegah munculnya PMS:

  • Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
  • Menghindari dan mengatasi stres.
  • Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita PMS.
  • Catat jadwal siklus haid Anda serta kenali gejala PMS-nya.
  • Perhatikan pula apakah Anda sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus datang bulan berikutnya.

 

Demikian yang dapat saya bagikan. Semoga dapat berguna bagi seluruh wanita Indonesia!

 

 

Referensi:

  1. Fortner, Kimberly B.; Szymanski, Linda M.; et .al, Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics, The, 3rd Edition;Maryland,2007
  2. www.acog.org

 

 



Penulis: 100 persen wanita

Sumber artikel: /notes/100-persen-wanita/kiat-kiat-mengatasi-pms-supaya-aktivitas-tetap-lancar-oleh-dr-peter-mulyono/398570583539924